Your Ad Here


Japanese Prime Minister Kishi Nobusuke (L) greets Indonesian President Soekarno during a state visit in Tokyo, Japan.

Image: © Bettmann/CORBIS
Date Photographed: 1958

Diposkan oleh Anak Pribumi Wednesday, September 30, 2009 0 komentar


Richard Nixon Speaking with Achmed Soekarno

Visiting president chats with "veep." Washington, D.C.
President Achmed Soekarno of Indonesia, currently on an 18 day official visit to the United States, is shown (left) chatting with Vice President Richard Nixon shortly before a capitol luncheon given in his honor by Mr. Nixon yesterday. The visiting chief of state also addressed a joint session of Congress yesterday, an honor accorded only to leaders of key nations.

Image: © Bettmann/CORBIS
Photographer: Al Muto
Date Photographed: May 18, 1956

Diposkan oleh Anak Pribumi Tuesday, September 29, 2009 0 komentar

Tanah Air Adalah Amanat Tuhan

Kita berkewajiban membuat senang kepada Tuhan.
Kita berkewajiban untuk tidak membuat murka-Nya.
Kita berkewajiban untuk menjalankan amar makruf nahi munkar,
agar Tuhan bisa menjalankan rahmaniah-Nya dan rahimiah-Nya.
Antara lain terhadap tanah air dan masyarakat ini.
Tuhan meng-gubrakkeun kita di dunia ini, sebagai kukatakan tadi,
zonder kita beramal apa-apa sudah kita diberi tanah air,
diberi tanah yang cantik ini, diberi air yang segar ini,
diberi udara yang segar ini, diberi masyarakat yang kita hidup di antaranya.
Ini pun satu rahmaniah Tuhan. Kita dilahirkan bukan di dalam gua,
kita digubrakkeun bukan di dasar lautan.
Tidak! Kita digubrakkeun di Indonesia dengan pulau-pulaunya yang cantik molek,
dengan natur, alamnya yang begini segar.
Kita tidak dilahirkan di kalangan masyarakat semut atau bebek atau angsa.
Tidak! Kita digubrakkeun di kalangan masyarakat manusia.
Oleh karena itulah maka saya selalu berkata bahwa tanah air dan masyarakat ini adalah amanat Tuhan kepada kita. “Hai manusia, Aku gubrakkeun engkau di atas bumi tanah air ini.
Aku gubrakkeun engkau di antara masyarakat ini.
Inilah amanah-Ku: tanah air yang aku berikan kepadamu masyarakat manusia yang di antaranya Aku gubrakkeun.
Amanah ini engkau harus pelihara, tanah air ini harus engkau pelihara baik-baik, masyarakat ini engkau harus pelihara baik-baik, sehingga kita merasa sebagai satu kewajiban untuk memelihara tanah air ini, untuk memelihara masyarakat ini. Oleh karena itu saya, di dalam pidato-pidato saya, selalu saya tekankan bekerjalah, berjuanglah untuk tanah air ini,
bekerjalah dan berjuanglah untuk masyarakat ini.

Soekarno, Februari 15, 1964, in Baiturrahim Mosque, Jakarta

Diposkan oleh Anak Pribumi Monday, September 28, 2009 0 komentar

Tidak Ada Satu Bangsa yang Cukup Baik Untuk Memerintah Bangsa Lain

Kita tidak mau menjadi satu bangsa tiruan, tidak mau mendjadi satu bangsa jiplakan. Kita tidak mau menjadi satu bangsa copy. Tidak! Kita mau mendjadi satu bangsa Indonesia. Kita mau mendjadi satu bangsa dengan kepribadian kita sendiri. Dengan corak djiwa sendiri. dengan roman muka sendiri. Tidak mau kita menjadi satu bangsa satelit, tidak mau menjadi satu bangsa pembebek, tidak mau menjadi satu bangsa peniru, tidak mau menjadi satu bangsa pengcopy, tidak mau menjadi satu bangsa penjiplak. Ya tidak mau.

Kita tidak mau menjiplak Amerika Serikat, kita tidak mau menjiplak Soviet Uni, kita tidak mau menjiplak RRT, kita tidak mau menjiplak India, kita tidak mau mendjiplak Mesir, kita tidak mau menjiplak Inggeris, tidak mau” menjiplak Italia. Tidak mau menjiplak. Kita mau mendjadi satu bangsa berdiri diatas own identity. Bangsa dengan kepribadian kita sendiri. Kita di dalam perjalanan kita itu, itu jang kita cari. ya berjuang, berjuang, bahkan mengalir laksana air bah sungai jang menghancur leburkan tiap-tiap rintangan jang ditaruh imperialisme dihadapan jalannja. Bukan saja itu. Kitapun satu bangsa jang didalam perdjalanan kita untuk mencari diri kita sendiri. Mencari roman kita sendiri. Mencari kepribadian kita sendiri, own identity kita sendiri.


Soekarno, Setengah Abad Hari Kebangkitan Nasional, 20 Mei 1958

Diposkan oleh Anak Pribumi Saturday, September 26, 2009 0 komentar

Soekarno's Orations about Tan Malaka:

Saya kenal Almarhum TAN MALAKA. Saya baca semua ia punya tulisan-tulisan. Saya berbicara dengan beliau berjam-jam, – dan selalu di dalam pembicaraan-pembicaraan saya dengan Almarhum TAN MALAKA ini – kecuali tampak bahwa TAN MALAKA adalah pencinta Tanah Air dan Bangsa Indonesia, ia adalah Sosialis yang sepenuh-penuhnja.

Ir. Soekarno pada Resepsi Pembukaan Kongres ke V Partai Murba, 15 Desember 1960, Bandung

Diposkan oleh Anak Pribumi Friday, September 25, 2009 0 komentar


President Soekarno was taken prisoner by Dutch troops in an attempt to retain control of Indonesia.
Image: © Bettmann/CORBIS
Date Photographed: ca. 1945-1949

Diposkan oleh Anak Pribumi Friday, September 18, 2009 0 komentar

Siapa yang Bertanggung Jawab

Kenapa saya saja yang diminta pertanggungan-jawab atas terjadinya G-30-S atau yang saya namakan Gestok itu?
Tidakkah misalnya Menko Hankam (waktu itu) juga bertanggung jawab?
Sehubungan dengan ini saya menanya:

Siapa yang bertanggung jawab atas usaha membunuh Presiden-Pangti dengan penggranatan hebat di Cikini?
Siapa yang bertanggung jawab atas usaha membunuh saya dalam "peristiwa Idhul Adha?"
Siapa yang bertanggung jawab atas pembrondongan dari pesawat udara kepada saya oleh Maukar?
Siapa yang bertanggung jawab atas penggranatan kepada saya di Makassar?
Siapa yang bertanggung jawab atas pemortiran kepada saya di Makassar?
Siapa yang bertanggung jawab atas pencegatan bersenjata kepada saya di dekat gedung Stanvac?
Siapa yang bertanggung jawab atas pencegatan bersenjata kepada saya di sebelah Cisalak?
Dan lain-lain.

Syukur Alhamdulillah, saya dalam semua peristiwa itu dilindungi oleh Tuhan! Kalau tidak,
tentu saya sudah mati terbunuh! Dan mungkin akan Saudara namakan satu “tragedi nasional” pula. Tetapi sekali lagi saya menanya: Kalau saya disuruh bertanggung jawab atas terjadinya G-30-S, maka saya menanya: siapa yang harus dimintai pertanggunganjawab atas usaha pembunuhan kepada Presiden/Pangti, dalam tujuh peristiwa yang saya sebutkan di atas itu?
Kalau bicara tentang “Kebenaran dan Keadilan",
maka saya pun minta, “Kebenaran dan Keadilan”!

Ir. Soekarno, Pelengkapan Pidato Nawaksara, Jakarta, 10 Januari 1967

Diposkan oleh Anak Pribumi Thursday, September 10, 2009 0 komentar

Persembahkan Hidup untuk Perjoangan Rakyat

Saya pernah berpidato, pernah mengatakan, apa yang membuat manusia itu berharga?
Apa ia punya kedudukan? Tidak sama sekali tidak! Kedudukan, tidak.
Huuh, malahan pada waktu saya masih kecil “ngelesot” di kotaknya Ki Dalang,
wah, saya perhatikan benar apa yang menjadi perdebatan antara Arjuna dan Karna.
Arjuna itu pernah, berhadap-hadapan dengan Karna, sebab dia menghina kepada Karna.
Aku orang bangsawan, aku anak raja, aku tidak mau berjuang dengan engkau turunan orang kecil, turunan orang rendah.

Karna berkata, he, yang menjadi ukuran besar atau kecilnja manusia,
ukuran tinggi atau rendahnya manusia, bukan ia punya keturunan, sama sekali tidak.
Yang menjadi ukuran tinggi rendahnya derajat manusia ialah budi pekerti yang bersemayam
didalam dada manusia itu.

Demikian pula, demikian pula, Saudara-saudara, dengan pekerjaan,
jangan kira cuma pekerjaan yang tinggi-tinggi di atas kursi yang mentul-mentul,
duduk di dalam auto Impala, Saudara-saudara, bahwa itulah kedudukan yang baik, sama-sekali tidak. Aku pernah berkata, ada orang kaya raya, auto Impala, auto Mercedes, gedungnya tiga, empat, lima tingkat, tempat tidurnya kasurnya tujuh lapis mentul-mentul, Saudara-saudara. Tiap-tiap hari makan empat, lima, enam, tujuh kali. Ya, seluruh rumahnya itu laksana ditabur dengan ratna mutu manikam, kakinya tidak pernah menginjak ubin, yang diinjak selalu permadani yang tebal dan indah. Tapi orang yang demikian itu, pengkhianat. Tapi orang yang demikian itu menjadi kaya oleh karena korupsi. Orang yang demikian itu di wajah-Nya Tuhan Yang Maha Esa, adalah orang yang rendah. Di wajah Tuhan Yang Maha Esa dia adalah orang yang rendah!

Sebaliknya, kataku dalam pidato itu, ambil seorang penjapu jalan. Penjapu jalan di sana, di Jalan Thamrin atau Jalan Sudirman atau jalan-jalan lain, nyapu jalan, Saudara-saudara. Pada waktu kita enak-enak tidur waktu malam, dia menyapu jalan, tangannya menjadi kotor oleh karena dia menyapu segala ciri-ciri dan kotor-kotor dari jalan itu, tetapi Saudara-saudara, dia mendapat nafkah dari kerjanya itu dengan jalan yang halal dan baik. Dia dengan uang jang sedikit yang dia dapat dari Kotapraja, Pak Gubernur Sumarno, Saudara-saudara, ya mendapat gaji daripada Kotapraja uang jang sedikit, dia belikan beras, dan dia tanak itu beras, dan dia makan itu nasi dengan istri dan anak-anaknya, bukan diatas kursi yang mentul-mentul, bukan di atas permadani jang tebal, bukan dari piring yang terbuat daripada emas, tidak dengan sendok dan garpu, dia makan makanan yang amat sederhana sekali, dan dia mengucapkan syukur alhamdulillah kehadirat Allah SWT: “Ya Allah ya Rabbi, terima kasih, bahwa Engkau telah memberiku cukup makan bagiku, bagi istriku, bagi anak-anakku. ya Allah ya Rabbi, aku terima kasih kepada Mu”. Orang jang demikian ini, menyapu jalan, dia adalah orang mulia dihadapan Allah SWT.

Ir. Soekarno, Kongres Persatuan Pamong Desa Indonesia (PPDI) di Istana Negara, Jakarta, 12 Mei 1964

Diposkan oleh Anak Pribumi Tuesday, September 8, 2009 0 komentar

Original caption:

U.S. Special Envoy Ellsworth Bunker, right, and Ambassador Howard P. Jones, center, chatting with Indonesian President Soekarno April 6, 1965, at the Presidential Palace in Djakarta. The Americans met with Indonesian officials in efforts to stop the "decline" of U.S. Indonesian relations.
Image: © Bettmann/CORBIS
Date Photographed: April 6, 1965

Diposkan oleh Anak Pribumi Sunday, September 6, 2009 0 komentar

9/29/60-Yugoslavia.

5 top neutralist countries called upon Pres. Dwight Eisenhower & Premier Nikita Khrushcev to resume their personal diplomacy with a face to face conference.
The move resulted from a "neutralist summit conference" late sept. 29. Shown here at the end of the conference are (L to R) PM Pandit Jawaharlal Nehru of India, Pres. Kwame Nkrumah of Ghana, Pres. Gamal Abdel Nasser of United Arab Rep., Pres. Soekarno of Indonesia, & Pres. Tito of Yugoslavia.
Image: © Bettmann/CORBIS
Date Photographed: September 29, 1960

Diposkan oleh Anak Pribumi Friday, September 4, 2009 0 komentar

Nasionalisme

Nasionalisme kita itu adalah Nasionalisme jang amat luas sekali,
Nasionalisme kita itu adalah satu Nasionalisme jang berisikan matjam-matjam tuntutan hidup agar supaja Rakjat Indonesia ini benar-benar mendekati Rakjat jang bahagia.
Dengan tegas saja berkata,
seorang Nasionalis tanpa tekanan kata misalnya kepada tuntutan Sosial,
artinja seorang Nasionalis tanpa menekankan ia punja kata kepada tuntutan,
agar supaja di tanah air Indonesia ini diadakan suatu masjarakat jang adil dan makmur,
jang memberi kebahagiaan kepada semua manusia Indonesia diatasnja.
Nasionalis jang demikian itu bukanlah Nasionalisme komplit.

Soekarno, Pembukaan Kongres ke V Partai Murba 15 Desember 1960

Diposkan oleh Anak Pribumi Wednesday, September 2, 2009 0 komentar

Subscribe here